Selasa, 10 Januari 2012

Renungan Warta Minggu-2 Januari 2012


Dipilih untuk Memberitakan Kasih
(Mat 3:13-17)


            Di dalam Tradisi Gereja, tanggal 6 Januari diperingati sebagai hari raya Epifani. “Epifani” berasal dari kata Yunani “πιφάνεια” (baca: epiphaneia) yang secara harafiah berarti “manifestasi" atau "penampakan”. Hari raya Epifani merupakan salah satu hari raya tertua yang dirayakan oleh Gereja Tuhan. Pada mulanya hari raya ini bertujuan untuk untuk memperingati peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes yang dicatat di dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Peristiwa ini merupakan penyataan dan manifestasi diri Yesus sebagai Anak Allah (ay. 17) serta menandakan awal dari masa pelayanan-Nya. Yesus adalah yang dipilih Allah Bapa untuk mengekspresikan secara sempurna kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini melalui penderitaan, penyaliban, dan kematian Yesus (bdk. Yoh 3:16).
            Selain memperingati peristiwa pembaptisan Yesus, pada hari raya Epifani juga (atau pada hari Minggu setelah tanggal 6 Januari, yaitu jatuh tepat pada hari ini, 8 Januari 2012) biasanya umat Tuhan diajak untuk mengingat peristiwa pembaptisan diri mereka masing-masing. Karena itu, sangatlah tepat jikalau pada hari ini kita sama-sama mengingat hari di mana kita dibaptis, hari di mana kita menerima anugerah-Nya dan dihisap menjadi bagian dari umat pilihan Allah.
            Ketika mengingat hari istimewa ini, setidaknya ada sebuah respons yang sudah sepatutnya keluar secara alamiah dari diri kita, yaitu ucapan syukur. Bukan kita yang memilih Allah, tetapi Allah yang memilih kita (bdk. Yoh 15:16). Jikalau kita mampu memutuskan untuk percaya dan menyerahkan diri kita kepada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita, itu semata-mata karena anugerah Allah yang menghidupkan kita dan memampukan kita untuk melakukannya. Sudah sepatutnyalah syukur terucap dari mulut para penerima anugerah yang sesungguhnya tidak layak ini. Dan tentunya seperti ada pepatah mengatakan, “Actions speak louder than words” (tindakan kita berbicara lebih keras dibandingkan dengan perkataan kita), maka sudah sewajarnyalah ucapan syukur ini kita ungkapkan melalui tindakan kita. Yesus yang kita ikuti dan sembah adalah Yesus yang menyangkal diri, memikul salib, menderita hingga mati karena kasih-Nya kepada umat manusia. Dan Ia memanggil kita, orang-orang yang telah dibaptis di dalam kematian-Nya (lih. Rm 6:3), untuk menyangkal diri, memikul salib, menderita hingga mati untuk memberitakan kasih Allah yang dalamnya tak terselami itu. Inilah ungkapan syukur sejati yang akan membuktikan dan meneguhkan bahwa kitalah umat pilihan Allah, umat yang begitu dikasihi Allah dan dipilih Allah untuk memberitakan kasih-Nya. (ap)

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar