Sabtu, 21 April 2012

Renungan Warta Minggu-4 April 2012


Kebangkitan Kristus Membawa Syalom Alekem
(Mazmur 16; I Petrus 1:3-9)

Ketika mendengar kata “syalom”, mungkin kita merasa kata itu membosankan dan tanpa makna karena sering mendengarnya tetapi tidak membuat hidup lebih baik. Kita mencoba untuk mengimani dan mengamini kata tersebut, namun kenyataannya kita merasa kehidupan kita bertambah susah dan depresi. Atau sebaliknya kita memahaminya sebagai kehidupan yang lancar, tenang, senang, dan bahagia. Suatu keadaan yang sedikit atau tanpa segala masalah dan kesusahan. Kedua sikap tersebut tampaknya bersifat ekstrim. Yang pertama, hidup terlalu fokus pada kesusahan sehingga tidak melihat hal yang lebih tinggi dan lebih bermakna. Yang kedua, hidup di dalam dunia utopis karena menempatkan hidup terlalu tinggi dan tidak realistis.

Rasul Petrus mengatakan bahwa karena rahmat Allah yang besar kebangkitan Kristus melahirkan kita kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1Ptr. 1:3). Tidak mudah bagi Petrus untuk menuliskan perkataan tersebut ketika jemaat sedang mengalami penganiayaan yang besar pada waktu itu. Petrus mencoba mempertemukan realitas kehidupan sekarang yang teraniaya dengan kehidupan nanti yang menerima bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (ay. 4). Titik temunya adalah iman yang membawa kepada kelahiran baru dan pengharapan yang memberikan keyakinan bahwa kebangkitan Kristus membawa syalom bagi para pengikut-Nya.

Iman melahirkan pengharapan, dan sebaliknya pengharapan meneguhkan iman dan membuat para pengikut Kristus berani menghadapi segala pencobaan dan penganiayaan (1Ptr. 1:3-9; 3:14-16). Itulah syalom yang merupakan pemberian Allah yang akan menenangkan dan meneduhkan jiwa kita meski “badai” menerjang kehidupan kita. Paulus mendoakan jemaat Filipi supaya “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (4:7). Biarlah doa Paulus menjadi doa kita bersama dalam menghadapi “badai” kehidupan.

Ketika murid-murid Yesus yang sedang takut berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci, Yesus yang sudah bangkit berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh. 20:19). Syalom itu sudah diberikan kepada kita. Sekarang kita dipanggil untuk berbagi damai sejahtera Allah kepada orang-orang lain yang sedang gelisah dan takut menghadapi dunia ini. Marilah kita nyatakan iman dan pengharapan yang ada pada kita sebagai bentuk syalom bagi orang yang menantikan kita (RH).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar