“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39) adalah hukum kedua yang terutama yang diberikan oleh Allah kepada manusia dari jaman perjanjian lama.
Kedengarannya sederhana.Prakteknya sulit.
Mudah untuk mengasihi manusia yang bersikap baik. Tapi dalam kenyataannya tidak ada manusia yang 100% baik.Setiap manusia adalah gabungan antara baik dan tidak baik karena adanya kelebihan dan kekurangan di dalam dirinya.
Mudah untuk mengasihi orang yang memiliki banyak kesamaan dengan diri kita. Tapi dalam kenyataannya manusia tidak diciptakan sebagai mahluk homogen. Di dunia ini ada berbagai macam bangsa, etnis, budaya, bahasa dan kepercayaan.
Mudah untuk mengasihi sesama yang mau menerima diri kita apa adanya. Tapi dalam kenyataannya yang sering terjadi adalah manusia itu sendiri yang membuat dirinya sulit untuk dipahami dan di terima oleh sesamanya.
Tapi hukum sudah diberikan oleh Tuhan. Bahkan contoh pun ikut diberikan. Lalu mengapa Tuhan seperti ngotot mengenai hal mengasihi sesama manusia?
“Kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan” (Kol 3:14).
Tuhan tahu manusia mempunyai segudang perbedaan, kelebihan dan kekurangan. Kasih adalah satu-satunya jalan dan cara untuk mengikat dan mempersatukan manusia. Kasih membuat kita bisa menerima, memaafkan dan berjalan dalam damai dengan sesama kita.
“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama” (Rm 13 : 10). Karena itu dimana ada kasih, di situ ada kerukunan, kedamaian, kebaikan dan kekompakan.
Lalu apakah kasih hanya ada di antara orang Kristen saja? Tidak. Ada begitu banyak kasih di sekitar kita.
Saya senang melihat empat hal itu terjalin antara masyarakat sekitar dengan Gereja Kristus Pos Kartini ini. Salah satu bentuknya terlihat pada hari Minggu, 21 Agustus lalu saya bersama-sama dengan beberapa anggota badan pengurus dan jemaat ikut menghadiri acara buka puasa yang dilakukan di balai desa.
Kasih terhadap sesama harus di jaga, di pupuk dan di pelihara karena tantangan di jaman akhir ini terlalu banyak dan besar. Ada begitu banyak perpecahan, perselisihan dan bahkan pembunuhan terjadi karena manusia tidak mengerti makna dari mengasihi sesamanya.
Ciomas, Selasa, 27 September 2011
- Keke Muliawati Yohanes -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar