Jumat, 30 Maret 2012

Renungan Warta Minggu-1 April 2012

Hamba, Bukan Sebatas Nama
Matius 21:1-11; Filipi 2: 5-11

Pada suatu hari seorang wanita muda mengambil keputusan untuk memasuki pelayanan bagi kaum miskin di sebuah kota yang sangat padat penduduk. Ia prihatin ketika melihat gereja dan orang Kristen melayani sebatas program-program pelayanan kepada kaum miskin, namun tidak mau masuk ke dalam kehidupan si orang miskin. Ia memperhatikan bahwa program hanyalah berisi sasaran, kegiatan, anggaran, waktu pelaksanaan, dan evaluasi, namun tidak punya “roh kehidupan” ketika akar masalah muncul di permukaan. Gereja hanya mengatakan “kami tidak punya program untuk itu” atau “maaf, kami tidak punya anggaran.” Maka wanita muda ini memberanikan diri dengan kekuatan Roh Kudus untuk memulai babak baru dalam kehidupan dan pelayanannya. Dialah Ibu Theresa yang melayani kaum papa di Kalkuta, India.

Kira-kira dua ribu tahun yang lalu, seorang laki-laki muda berjalan menuju ke Yerusalem bersama dengan para pengikutnya. Ketika memasuki kota Ia mengendarai keledai untuk menggenapkan firman Allah tentang diri-Nya, bahwa Ia adalah Raja yang rendah hati dan lemah lembut. Dialah Yesus orang Nazaret. Orang banyak pada waktu itu mengenal-Nya sebagai anak tukang kayu dan mengharapkan Ia menjadi raja keturunan Daud yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Ada juga orang yang mengenal-Nya sebagai nabi. Meski demikian, Ia tahu dengan kerelaan-Nya bahwa mereka juga yang akan membawa-Nya ke kayu salib.

Yesus ialah Raja di atas segala raja dan Tuhan atas alam semesta dengan segala keagungan, kemuliaan, kehormatan dan kekayaan yang ada pada-Nya. Semuanya itu Ia tinggalkan untuk menjadi hamba dan manusia yang lemah, terbatas dan berdosa. Dan lebih dari itu bahkan Ia mati secara terhina di atas kayu salib. Mengapa? Supaya apa yang Ia punya, yaitu keagungan, kemuliaan, kehormatan dan kekayaan, dapat diberikan kepada kita yang dibenarkan dan dikuduskan di dalam Kristus.

Betapa susahnya kita mau menjadi hamba bagi orang lain, tetapi betapa bangganya kita menjadi hamba bagi Tuhan. Sering kita lupa bahwa Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Menjadi hamba yang rendah hati dan lemah lembut berkaitan dengan panggilan ilahi bagi para pengikut Yesus yang memiliki karakter Kristus. Sebuah panggilan untuk menyatakan kasih ilahi demi kebaikan dan keselamatan orang lain. Selamat menjadi hamba yang terhormat! (RH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar