Yang Sempurna Hadir Melalui yang Tidak Sempurna
(Mat 4:18-22)
Ada berbagai alasan yang acap kali dikemukakan oleh orang-orang yang mengaku Kristen untuk tidak mau melibatkan diri di dalam pelayanan. Salah satunya adalah merasa diri tidak sempurna. Di satu sisi, ini adalah sesuatu yang positif. Di balik sikap seperti ini ada sebuah asumsi bahwa pelayanan bukanlah sesuatu yang dapat dianggap remeh. Ada standar tertentu yang perlu dijunjung tinggi. Namun, di sisi lain, sikap ini dapat menjadi negatif. Jika menantikan kesempurnaan, siapakah yang layak untuk melayani dan kapankah kita akan mulai melayani?
Bacaan kita hari ini mengingatkan kita bahwa Allah, di dalam anugerah-Nya yang besar, berkenan untuk memanggil manusia-manusia yang tidak sempurna untuk menggenapi rencana-Nya. Siapakah Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes yang dipanggil Yesus untuk menjadi para rasul-Nya? Mereka adalah para penjala ikan (ay. 18, 21) yang kehidupannya terkenal keras. Karena itu, tidaklah heran jika mereka adalah orang-orang yang berkarakter keras dan kasar. Hal ini sama sekali tidak ditutup-tutupi oleh para penulis Kitab Suci. Misalnya, Lukas mencatat sikap Yakobus dan Yohanes yang dapat dikategorikan barbar ketika mereka berniat membinasakan orang-orang Samaria yang menolak Yesus (Luk 9:54). Yesus pun menegur mereka (Luk 9:55). Demikian juga dengan Petrus yang ditegur Yesus ketika ia, tanpa berpikir panjang, menggunakan kekerasan dan menebas telinga kanan Malkhus untuk membela Yesus (Yoh 18:10). Petrus yang tampaknya gagah berani ini juga pernah gagal ketika ia terang-terangan menyangkal Yesus (Luk 22:57-60). Ini hanyalah beberapa contoh yang menggambarkan betapa tidak sempurnanya orang-orang pilihan Tuhan.
Namun, melalui orang-orang yang tidak sempurna inilah kita telah dimungkinkan untuk menjadi para pengikut Kristus. Tanpa kesaksian para rasul kita tidak akan pernah bisa mengenal Yesus. Allah yang sempurna telah memilih untuk hadir melalui manusia-manusia yang tidak sempurna, termasuk Saudara dan saya. Artinya, ketidaksempurnaan kita seharusnya sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengambil bagian di dalam pekerjaan Tuhan. Namun, di sisi lain, Tuhan pun menghendaki kita untuk menjadi sempurna sama seperti Bapa Sorgawi yang sempurna (Mat 5:48). Inilah salah satu paradoks di dalam iman Kristen. Terimalah dengan lapang dada ketidaksempurnaan kita di hadapan Tuhan. Namun, di saat bersamaan, berjuanglah mati-matian untuk menjadi sempurna sama seperti Allah yang kita sembah adalah sempurna. (ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar