Menembus Karang Keraguan, Meruntuhkan Tembok Pemisah
( Keluaran 17 : 1 - 7 ; Roma 5 : 1 - 11 )
Masalah selalu dihindari manusia, juga paling sering ditutup-tutupi. Tembok tinggi pun dibangun untuk melindungi dari praduga dan curiga, perasaan terancam, maupun pandangan remeh orang lain. Tapi mampukah sebuah tembok yang dibangun dari materi, agama, etnis, dan pola pikir dapat benar-benar melindungi kita dari ancaman luar? Apalagi jika ternyata keraguanlah yang menjadi dasar pijakannya?
Bangsa Israel sering berpijak di atas keraguan. Ketika bangsa Israel mengalami krisis air minum di padang gurun Masa dan Meriba, sesungguhnya hal ini hanyalah masalah kecil bagi Allah. Namun menurut bangsa Israel hal ini justru terlihat seperti karang yang besar karena adanya keraguan itu. Peristiwa ini dapat menunjukkan realitas ketidaksetiaan umat Kristen dalam menghadapi masalah yang sulit. Umat Kristen seringkali melupakan kebaikan Allah, begitu cepat meragukan Allah dan bertengkar dengan sesama. Namun pada kenyataannya, dalam perjalanan di padang gurun kebutuhan air memang menjadi persoalan yang sangat vital. Apabila tidak dipenuhi akan mendatangkan kehausan bahkan kematian. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak kuatir atas apa yang kita makan, minum dan pakai, karena ”Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Mat. 6:32). Pada akhirnya memang Allah sendiri yang akhirnya memelihara dan mengajar bangsa Israel untuk bergantung kepada-Nya dari hari ke hari.
Di dalam padang gurun permasalahan, bukan hanya kebutuhan air yang secara fisik kita butuhkan. Bagi Paulus, kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kehadiran Tuhan Yesus yang memungkinkan orang Kristen mengalami hidup damai dengan Allah. (Roma 5:1-11). Di luar Tuhan Yesus, kita hanyalah orang-orang ”miskin” dan ”tidak berdaya” karena kita telah mati oleh pelanggaran dan dosa-dosa kita. Pada waktu kita berdosa, ada tembok pemisah antara Allah dan manusia. Tetapi visi salib Kristus telah meruntuhkan tembok pemisah itu.
Ketika keraguan muncul kembali saat padang gurun permasalahan datang, kita tidak tahu ancaman seperti apa yang akan menerpa. Tapi kita tahu apa yang kita butuhkan pada waktu kita mengalami keraguan di padang gurun, berdiam diri di hadirat Allah agar Dia membentuk sudut pandang iman kita. Satu-satunya cara untuk menembus karang keraguan adalah tetap taat dan bergantung pada pemeliharaan-Nya. (EK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar